Lubuklinggau, wordpress-559366-2394646.cloudwaysapps.com- Jalanan licin, batu terjal serta tanah yang becek usai guyuran hujan, tentu menjadi medan yang jarang ditemui Nana dan kawan-kawan. Mereka yang tergabung dalam tim medis Dinas Kesehatan Kota Lubuklinggau ini, memiliki peran penting dalam kesuksesan gelaran Silampari Cycling 2022.
Medan yang dihadapi para srikandi tangguh ini, serasa makin lengkap karena kerap kali mendapatkan serbuan nyamuk hutan serta pacat yang berkeliaran di Bukit Sulap.
Nana yang memiliki nama lengkap Niswatil Husna yang ditempatkan di pos kaki bukit sulap atau tak jauh batu cadar bercerita, banyak pengalaman seru yang tim mereka dapatkan selama gelaran Silampari Cycling 2022. Meski begitu, kesuksesan event balap sepeda ini, juga menjadi kebanggan ia dan tim karena ikut terlibat penuh selama gelaran kegiatan.
“Hari pertama memang kaget, karena kami ditempatkan di pos dekat batu cadar, sebab jalanan licin karena malamnya diguyur hujan. Kami ke lokasi pos kesehatan disana jalan kaki sampai 20 menit lebih malahan, sebab kan lebih banyak terpelesetnya,” cerita Nana, Minggu (7/8/2022).
Ditambahkan Nana, di hari kedua dan ketiga nampaknya tim mulai beradaptasi, bahkan ia dan tim menyiapkan banyak peralatan pribadi juga, selain peralatan medis yang sangat penting untuk keadaan darurat bagi para atlet yang berlomba.
“Kami pakai lotion anti nyamuk, soalnya nyamuk banyak. Mana banyak pacat juga,” cerita Nana.
Menurut Nana, meski tak ada kendala berarti, namun yang sangat dikeluhkan adalah ketika ia atau anggota tim kebelet buang air.
“Kan jadinya harus ditahan, toilet kan nggak ada diatas. Jadi kalau kami mau buang air harus menunggu dulu sampai lomba benar-benar selesai. Kalau turun, mau naik lagi ke atas bukit jauh. Kami makan aja dianterin sama tim,” ujarnya.
Dijelaskan Nana, selain tim medis yang berjumlah 62 orang, pihaknya dibantu juga oleh tim Basarnas dan Tagana yang juga stand by di masing-masing posko.
“Kalau kita dari tim medis, jumlahnya 62 orang, tersebar di 8 titik, setiap titik ada 1 sampai 2 orang dokter dan dibantu 2 sampai 4 orang perawat. Masing-masing titik kalau di Bukit Sulap, yakni mulai dari garis start, posko diatas bukit, posko di tempat kami yang dekat batu cadar, posko di bawah jembatan dan di garis finish,” ungkapnya.
Lebih hebat lagi, posko yang ditempati Nana dan tim ternyata diisi oleh tim medis yang keseluruhannya perempuan, termasuk sang dokter yang setiap waktu harus siap saat dibutuhkan.
“Kami berempat, semuanya perempuan, yakni dr. Suci, Syeprina, Lili Yunarsi dan saya. Tapi Alhamdulillah, kegiatannya sukses dan bisa membanggakan daerah,” pungkasnya ( Fahmi)